BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perwujudan akhlak dalam kehidupan
dapat dilihat dari perilaku manusia sehari-hari.perilaku manausia, ada yang
bersifat baik ada pula yang bersifat buruk. Karena perbuatan akhlak tertanam
kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Al-Qur’an
selalu menandaskan, bahwa aklak itu baik atau buruknya akan memantul pada diri
sendiri sesuai dengan pembentukan dan pembinaannya.
Akhlak tidak selalu identik dengan pengetahuan, ucapan, ataupun
perbuatan orang yang bisa mengetahui banyak tentang baik buruknya aklak tapi
belum tentu didukung oleh keluhuran akhlak, orang bisa bertutur kata yang
lembut dan manis, tetapi bisa meluncur dari hati munafik. Dengan kata lain akhlak
merupakan sifat-sifat bawaan manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya
dan selalu ada padanya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa arti pemebentukan akhlak ?
2. Apa metode pembinaan akhlak ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan akhlak ?
4. Apa tujuan dan manfaat akhlak mulia ?
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Apa arti pembentukan akhlak
Berbicara masalah pembentukan akhlak
sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai
pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pendidikan
akhlak. Muhammad Athiyahal-Abrasyi mengatakan bahwa pendididkan budi pekerti
dan ahklak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam. Ada sebagian ahli bahwa
akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa
manusia sejak lahir. Ada pula yang berpendapat bahwa akhlak adalah hasil
pendidikan, latihan, pembinaan, dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Imam
Al-Ghazali mengatakan sebagai berikut :
لوكانت الاخلاق
لاتقبل التغير لبطلت الوصايا والمواعظ والتأديبات ولما قال رسول الله صل الله عليه
وسلم حسنوااخلاقكم
“
Seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka batallah fungsi
wasiat, nasihat dan pendidikan dan tidak ada pula fungsi hadis nabi mengatakan “perbaikilah
akhlakmu sekalian”.
Dengan
demikian bahwa akhlak merupakan hasil usaha usaha dari pendidikan dan
pelatihan, terhadap potensi rohaniyah yang terdapat dalam diri manusia. hal ini
menunjukan bahwa ahklak memang perlu dibina, dalam binaan tersebut ahklak perlu
dirancang dengan baik, sistematik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh,
dalam kesungguhan dalam pembinaan akan membawa hasil berupa terbentuknya
pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia.
Mengetahui suatu yang baik adalah
salah satu dalam mengetahui yang buruk. Didalam ajaran islam penentuan baik
buruknya akhlak harus didasarkan pada petunjuk al-Quran dan al-Hadis.
Berdasarkan petunjuk tersebut, maka penentuan baik atau buruk dalam islam tidak
semata-mata ditentukan berdasarkan amal perbuatan yang nyata saja, tetapi lebih
dari itu adalah niatnya. Hal yang dinyatakan oleh ahmad amin dengan mengatakan
bahwa hukum akhlak ialah memberi nilai suatu perbuatan bahwa ia baik atau buruk
menurut niatnya.
2.
Metode pembinaan akhlak
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan
perhatian pertama dalam islam. hal ini dapat dilihat dari salah satu misi
kerasulan Nabi Muhammad SAW. Yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia. dalam satu hadisnya beliau menegaskan :
إنابعثت لأتمم مكارم الأخلاق (رواه أحمد وبيهقى)
Saya hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak mulia ( HR. Ahmad dan Baihaqi).
Demikian terhadap pembinaan akhlak
ini dapat pula dilihat dari perhatian islam terhadap pembinaan jiwa yang harus
didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan
lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan
mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan
manusia, lahir dan batin.
Adapun sarana yang paling efektif
untuk mempersiapkan dan mendukung tercapainya tujuan mempersiapkan dalam
membentuk akhlak mulia adalah pendidikan. Karena pendidikan merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu ingin berkembang dan
berubah. Menurut ilmu psycologi,
manusia sesungguhnya dikatakan sebagai makhluk psycho-pysics neutral karena manusia memiliki kemandirian jasmaniah
dan rohaniah. Didalam kemandiriannya itu manusia mempunyai potensi dasar atau
kemampuan dasar yang merupakan benih yang dapat tumbuh dan berkembang.pertumbuhan
itu memerlukan adanya bimbingan dan pendidikan.
Adapun metode bimbingan dan pendidikan itu sendiri
meliputi :
a. Membiasakan diri dan kontinyu
Dalam pembinaan akhlak mulia
membutuhkan berbagai latihan agar dapat membiasakan diri dan berlangsung secara
kontunyu untuk melakukannya dengan mudah. Sesungguhnya melatih anak sejak kecil
serta mendidik berbuat kebajikan sejak muda merupakan upaya meletakkan fundasi
kebajikan. Sehingga nantinya menjadi suatu kebiasaan yang tidak mudah tergoyahkan.
b.
Keteladanan
Akhlak yang baik tidak dapat
dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi, dan larangan. Menanamkan sopan
santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang
lestari. Pendidikan tidak akan sukses, melainkan disertai dengan pemberian
contoh teladan yang baik dan nyata.
c.
Melatih intropeksi diri.
Dalam hubungan ini Ibn sina
mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama, hendaknya ia
lebih dahulu menegetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan
membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya
itu tidak terwujud dalam kenyataan.
d.
Melihat faktor kejiwaan
Menurut penelitian para psikolog
bahwa kejiwaan manusia itu berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
akhlak
Untuk menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan umumnya, ada tiga
aliran yang sudah amat populer yaitu :
1.
Aliran Nativisme
Dalam aliran ini faktor yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari
dalam yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika
seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang baik, maka
dengan sendirinya orang tersebut akan baik. Aliran ini tampak begitu yakin
terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia.
2.
Aliran Empirisme
Dalam aliran ini faktor yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu
lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika
pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak
itu. Demikian sebaliknya. Aliran ini tampak lebih begitu yakin kepada peranan
yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.
3.
Aliran konvergensi
Dalam aliran ini berpendapat
pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak,
dan eksternal yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus. atau
melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan kearah baik
yang ada dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.
Aliran yang ketiga ini, yaitu aliran
konvergensi itu tampak sesuai dengan ajaran agama islam. hal ini dapat dipahami
dari ayat dan hadis dibawah ini :
والله
اخرجكم من بتون امهتكم لا تعلمون شيأ وجعل لكم السمع والابصار والافءدة لعلكم
تشكرون (انحل :
Dan
allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaaan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak menegetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. Al-nahl, 16:78)
كل
مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه اوينصرانه اويمجسانه (رواه البخاري)
Setiap
anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fithrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan
kepada kebenaran), maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi
yahudi, nasrani atau majusi. (HR. Bukhari).
Ayat dan hadis tersebut memberi
petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu penglihatan,
pendengaran, dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara
mengisinya dengan ajaran dan pendididikan. Dalam pelaksana utama dalam
pendidikan adalah kedua orang tua. Itulah sebabnya orang tua dijadikan tempat
atau media berlangsungnya kegiatan pendidikan.
Menurut Hamzah ya’kub Faktor-faktor
yang mempengaruhi terbentukanya akhlak dipengaruhi dan ditentukan oleh dua
faktor, yaitu :
1.
Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang
datang pada diri sendiri yaitu fitrah yang suci yang merupakan bakat bawaan
sejak manusia lahir dan mengandung pengertian tentang kesucian anak yang lahir
dari pengaruh-pengaruh luarnya. Unsur yang terdapat pada faktor intern,
diantaranya adalah :
a.
Instink (naluri)
Insting adalah kesanggupan melakukan
hal-hal yang kompleks tanpa latihan sebelumnya, terarah pada tujuan yang
berarti bagi si subyek, tidak disadari dan berlangsung secara mekanis.
b.
Kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan yang
selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. kebiasaan dipandang
sebagai fitrah yang kedua setelah naluri, karena 99% perbuatan manusia terjadi
karena kebiasaan.
c.
Keturunan
Ahmad amin mengatakan bahwa
perpindahan sifat-sifat tertentu dari orang tua kepada keturunannya, maka
disebut al-waratsah atau warisan sifat-sifat. Warisan sifat orang tua terhadap
keturunannya, ada yang sifatnya langsung dan tidak langsung terhadap anaknya,
misalnya terhadap cucunya.
d.
Keinginan atau Kemauan Keras
Kemauan keras atau kehendak
merupakan suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, kehendak merupakan
kekuatan dari dalam. Itulah yang menggerakkan manusia berbuat dengan
sungguh-sungguh.
e.
Hati Nurani
Hati nurani merupakan suatu kekuatan
yang sewaktu-waktu memberikan peringatan (isyarat) apabila tingkah laku manusia
berada diambang bahaya dan keburukan. Funsi hati nurani adalah memperingati
bahaya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya. Jika seseorang terjerumus
melakukan keburukan, maka batin merasa tidak senang dan selain memberikan
isyarat untuk mencegahdari keburukan, juga memberikan kekuatan yang mendorong
manusia untuk melakukan perbuatan yang baik. Oleh karena itu, hati nurani
termasuk salah satu faktor yang ikut membentuk akhlak manusia.
2.
Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang
diambil dari luar yang mempengaruhi kelakuan atau perbuatan manusia, yaitu
meliputi :
a.
Lingkungan
Lingkungan alam mampu
mematahkan/mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa seseorang: lingkungan
pergaulan mampu mempengaruhi pikiran, sifat, dan tingkah laku.
b.
Pengaruh keluarga
Fungsi keluarga yaitu memberikan
pengalaman kepada anak baik melalui penglihatan atau pembinaan menuju
terbentuknya tingkah laku yang diinginkan oleh orang tua.
Dengan demikian orang tua (keluarga)
merupakan pusat kehidupan rohani sebagai penyebab perkenalan dengan alam luar
tentang sikap, cara berbuat, serta pemikirannya dihari kemudian. Dengan kata
lain, keluarga yang melaksanakan pendidikan akan memberikan pengaruh yang besar
dalam pembentukan akhlak.
c.
Pengaruh sekolah
Sekolah adalah lingkungan kedua
setelah pendidikan keluarga dimana dapat mempengaruhi akhlak. Didalam sekolah
berlangsung beberapa bentuk dasar dari kelangsungan pendidikan. Pada umumnya
yaitu pemebentukan sikap-sikap dan kebiasaan, dari kecakapan-kecakapan pada
umumnya, belajar bekerja bersama dengan kawan sekelompok melaksanakan
tuntunan-tuntunan dan contoh yang baik, dan belajar menahan diri dari
kepentingan orang lain.
d.
Pendidikan masyarakat
Masyarakat merupakan kumpulan
individu dalam kelompok yang diikat oleh ketentuan negara, kebudayaan, dan
agama. Ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat meliputi segala
bidang baik pembentukan kebiasaan. Kebiasaan pengertian (pengetahuan), sikap
dan minat maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
4.
Tujuan dan manfaat akhlak mulia
Menurut
Ali Abdul Halim Mahmud tujuan pembentukan akhlak setidaknya memiliki tujuan
yaitu :
1.
Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu beramal sholeh. Tidak
ada suatu pun yang menyamai amal saleh dalam mencerminkan akhlak mulia. tidak
ada pula yang menyamai akhlak mulia dalam mencerminkan keimanan sesesorang
kepada allah dan konsistensinya kepada manhaj islam.
2.
Mempersiapkan insan yang beriman dan saleh yang menjalani kehidupannya sesuai
dengan ajaran islam, melaksanakan apa yang diperintahkan agama dengan
meninggalkan apa yang diharamkan, menikmati hal-hal yang diperbolehkan serta
menjauhi segala sesuatu yang dilarang.
3.
Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bisa berinteraksi secara baik dengan
sesamanya. Baik dengan orang muslim maupun nonmuslim. Mampu bergaul dengan
orang-orang yang ada disekelilingnyadengan mencari ridha allah, yaitu dengan
mengikuti ajaran-ajarannya dan petunjuk-petunjuk nabinya, dengan semua ini
dapat terciptanaya kestabilan masyarakat dan kesinambungan hidup umat manusia.
4.
Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mampu dan mau mengajak orang lain ke
jalan allah, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan berjuang fii sabilillah
demi tegaknya agama islam.
5.
Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mau merasa bangga dengan
persaudaraanya sesama muslim dan selalu memberikan hak-hak persaudaraan
tersebut, mencintai dan membenci hanya karena allah, dan sedikitpun tidak kecut
dalam celaan orang hasad selama dia berada dijalan yang benar.
6.
Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mersa bahwa dia adalah bagian dari
seluruh umat islam yang berasal dari daerah, suku, dan bahasa. Atau insan yang
siap melaksanakan kewajiban yang harus ia penuhi demi seluruh umat islam selama
dia mampu.
7.
Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bangga dengan loyalitasnya
kepada agama islam dan berusaha sekuat tenaga demi tegaknya panji-panji islam
dimuka bumi. Atau insan yang rela mengorbankan harta, kedudukan, waktu, dan
jiwanya demi tegaknya syariat islam.
Adapun manfaat akhlak mulia ini,
meliputi :
a.
Memperkuat dan menyempurnakan agama
b.
Mempermudah perhitungan amal diakhirat
c.
Menghilankan kesulitan
d.
Selamat hidup dinunia dan ahkirat
BAB III
KESIMPULAN
Ada beberapa cara yang digunakan
dalam pembentukan akhlak. Pembinaan akhlak yang ditempuh dalam islam adalah
menggunakan cara atau sistem yang integrated, yaitu sistem yang menggunakan
berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada
pembinaann akhlak. Cara lain yang ditempuh untuk pembinaaan akhlak adalah
pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu.
Dalam tahap-tahap tertentu,
pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriyah dapat pula dilakukan dengan cara
paksaan yang lama kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Selanjutnya yang tak
kalah ampuhnya yaitu melalui keteladanan. Pendidikan itu tidak akan sukses,
melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2012. Akhlak tasawwuf. (Jakarta: PT. Raja
Gravindo Persada)
Ma’arif, Syamsul. 2009.
Selamatkan Pendidikan Dasar Kita. (Semarang:
Need’s Press)
Ya’qub, Hamzah. 1993. Etika Islam. (Bandung: Diponegoro)
Mujab M, Ahmad. 2002. Membangun Pribadi Muslim. (Jogjakarta:
Menara Kudus)
mantap makalh nya bang...tapi gak bsa di copas ya
BalasHapusFutnutnya
BalasHapusFOOTNOTNYA GK ADA BANG
BalasHapusNggak ada footnotnya kak
BalasHapus